Beliau dikenal dengan julukan Ummu
Umara atau Ummu Imarah. Beliau adalah anak Kaab bin Amr dan Rabbab binti
Abdullah bin Habib. Nusaibah menikah dengan Zaid bin Asim. Dari pernikahannya,
ia memiliki dua orang anak yaitu Abdullah dan Habib. Saat Perang Badar,
Abdullah putranya ikut berjuang dengan gagah berani menegakkan panji-panji
Islam sampai umat Islam mendapat kemenangan. Tak lama setelah kembalinya
pasukan dari Perang badar, Zaid meninggal dunia.
Nusaibah pun kemudian dilamar oleh
Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya dengan Ghaziyah, Nusaibah mempunyai dua
orang anak yaitu Tamim dan Khawlah. Kesibukan Nusaibah mengurus rumah tangga,
suami dan anak-anaknya tidak membuatnya mengurangi perannya dalam da’wah dan
perjuangan umat Islam. Nusaibah bersama suami dan putra-putranya pun ikut dalam
berbagai peristiwa penting, seperti Perang Uhud, Peristiwa Hudaybiah, Perang
Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah.
Dalam berbagai pertempuran itu,
Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang
terluka. Lebih dari itu, ia juga terjun ke medan perang dan mengangkat senjata
untuk melindungi Rasulullah saw hingga Nusaibah terkenal dengan julukan ‘Sang
Perisai Rasulullah SAW’. Waktu perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada
pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Dan
ketika tentera Islam terlalaikan oleh ghanimah yang ditinggalkan musuh lalu
terdesak dan lari dari medan perang hingga cuma ada seratus orang saja yang
bertahan,Nusaibah pun menjadi salah seorang yang menghunuskan pedang serta
memakai perisai untuk melindungi Rasulullah dari sasaran musuh. Nusaibah saat
itu berperang dengan gagah berani di sisi Rasulullah dan melindungi beliau.
Nusaibah tetap siaga, lincah bergerak ke sana ke mari bersama puteranya. Bahkan
dikatakan sampai para sahabat Rasul SAW malu menyadari bahwa mereka kalah
tegar, kalah gagah dan kalah perkasa pada waktu itu bila dibandingkan beliau
yang perempuan! Masya Allah! Pada perang ini Nusaibah menderita dua belas luka
pada tubuhnya dengan luka paling parah di bagian lehernya.Kesungguhan Nusaibah
melindungi Rasulullah begitu hebat, hingga Rasulullah berkata, “Aku tidak
menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang
dihadapanku
Ketika Perang Uhud ini, Nusaibah mengalami luka yang banyak, terutamanya di bahagian bahu. Rasulullah memeriksa lukanya lalu meminta Abdullah, anaknya untuk mengikat luka tersebut sambil berkata, “Semoga Allah sentiasa memberkati dan merahmati kamu semua.” Nusaibah mendengar kata-kata Rasulullah itu. “Ya Rasulullah! Mohonlah kepada Allah agar kami boleh menemanimu di syurga nanti,” kata Nusaibah. Maka Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah! Jadikanlah mereka semua ini penemanku di syurga kelak.” “Aku tidak akan mengeluh setiap musibah yang menimpa diriku di dunia ini,” kata Nusaibah sebagai membalas.
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebagian kaum muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Abu Bakar a Ash shiddiq yang menjadi khalifah pada waktu itu segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah dan menunjuk Habib sebagai utusannya. Maka bersegeralah Ummu Imarah mendatangi Abu Bakar dan meminta ijin kepada beliau utk begabung bersama pasukan yg akan memerangi orang-orang yg mutad dari Islam. Abu Bakar ash-Shidiq bekata kepadanya “Sungguh aku telah mengakui peranmu di dalam perang Islam maka berangkatlah dengan nama Allah.” Maka beliau berangkat bersama putranya yg bernama Hubaib bin Zaid bin Ashim.
Di dalam perang ini Ummu Imarah mendapatkan ujian yg berat. Pada perang tesebut putranya tertawan oleh Musailamah al-Kadzab dan ia disiksa dengan bebagai macam siksaan agar mau mengakui kenabian Musailamah al-Kadzab. Akan tetapi bagi putra Ummu imarah yg telah terbiasa dididik untuk bersabar tatkala berperang dan telah dididik agar cinta kepada kematian syahid, ia tidak kenal kompomi sekalipun diancam kematian. Musailamah pun marah dan akhirnya menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid.
Meninggalnya Habib tentu saja meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Ummu Imarahpun ikut serta dalam perang Yamamah besama putranya yg lain yaitu Abdullah. Beliau bertekad utk dapat membunuh Musailamah dgn tangannya sebagai balasan bagi Musailamah yg telah membunuh Hubaib. Akan tetapi takdir Allah menghendaki lain yaitu bahwa yg mampu membunuh adl putra beliau yg satunya yaitu Abdullah. Ia membalas Musailamah yg telah membunuh saudara kandungnya. Tatkala membunuh Musailamah Abdullah bekeja sama dgn Wahsyi bin Harb.
Tatkala ummu imarah mengetahui kematian si Thaghut al-Kadzdzab maka beliau pun bersujud syukur kepada Allah. Ummu Imarah pulang dari peperangan dgn membawa dua belas luka pada tubuhnya setelah kehilangan satu tangannya dan kehilangan anaknya yg terakhir yaitu Abdullah. Sungguh kaum muslimin pada masanya mengetahui kedudukan beliau. Beliau wafat beberapa tahun kemudian setelah peristiwa Perang Yamamah ini.[
Sungguh banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Nusaibah. Beliau bukanlah sosok perempuan biasa. Kecintaan beliau pada surga menghantarkannya menjadi wanita Anshar pertama yang beriman pada Rasulullah, istiqamah berjuang demi Islam dengan segenap jiwa dan raganya. Sebagai istri, beliau berhasil mendukung perjuangan suami-suaminya dan menghantarkan mereka pada kesyahidan. Sebagai ibu, beliau tampil sebagai teladan dan berhasil mencetak generasi terbaik yang berkontribusi besar pada perjuangan Islam..
Lantas seberapa besar arti surga bagi kita hingga belum cukup termotivasi untuk maksimal berjuang demi Islam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar baik itu kritik dan saran demi perbaikan blog ini ke depannya. Jikalau ada salah-salah kata kami mohon diampunkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Syukran